Komposisi sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik, yakni mencapai 60% dari total sampah 64 juta ton setiap tahun. Sampah organik yang terlalu banyak tertimbun akan menimbulkan bau, tidak elok dipandang, bahkan mengakibatkan ledakan gas metana. Berdasarkan data Barilla Center for Food and Nutrition, sumber sampah makanan terbanyak di Indonesia berasal dari sektor rumah tangga, yakni sebesar 63,64% atau setara dengan 77 kg per orang per tahun. Jumlah ini membawa Indonesia menempati posisi ke-2 sebagai penghasil sampah makanan terbesar di dunia dengan estimasi kuantitas sampah sebesar 300 kg per orang per tahun (The Economist Intelligence Unit, 2017). Maka dari itu, penulis mengusulkan solusi berupa Henviro, yakni aplikasi pengelolaan sampah makanan berbasis seluler. Gagasan ini diusung tepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena masalah diidentifikasi dengan menggunakan metode User-Centered Design.
Melalui Henviro, masyarakat dapat langsung menyalurkan sisa makanannya untuk selanjutnya diolah menjadi pupuk kompos atau pakan ternak agar tidak terbuang sia-sia. Tindakan yang tidak secara langsung membuang sampah makanan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tersebut diharapkan mampu menekan angka sampah makanan di Indonesia yang dulunya belum terkendali dengan baik. Pengelolaan sampah makanan ini melibatkan masyarakat umum dengan agen pengolah sampah makanan, seperti pengolah kompos dan peternak hewan, sehingga diharapkan mampu membantu perlahan memulihkan keadaan Indonesia lebih cepat serta bangkit jauh lebih kuat karena saling bahu-membahu.
<aside> 💡 Tujuan